Monday, January 20, 2020

DIMENSI PEMBELAJARAN MULTILITERASI



DIMENSI PEMBELAJARAN MULTILITERASI - Model pembelajaran multiliterasi merupakan model pembelajaran yang mengoptimalkan keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam mewujudkan situasi pembelajaran saintifik proses. Keterampilan-keterampilan multiliterasi yang digunakan yakni keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara dan keterampilan penguasaan media informasi dan komunikasi.

Berkaitan dengan pengertian ini, penting diketahui dimensi apa saja yang terkandung dalam keempat keterampilan multiliterasi tersebut (baca : PEMBELAJARANMULTILITERASI SEBAGAI PENDUKUNG KOMPETENSI BELAJAR ABAD KE-21) yang dapat difungsikan untuk mengembangkan kemampuan belajar pada siswa. Dengan adanya pengembangan keterampilan multiliterasi tersebut maka akan terbentuk kerangka dasar multiliterasi.


Pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan dalam pembelajaran keterampilan membaca yang menekankan pada keterampilan multiliterasi. Guna mencapai kondisi ini, ada beberapa sub keterampilan membaca yang harus diperhatikan agar keterampilan membaca berfungsi bagi penguasaan materi berbagai mata pelajaran. Beberapa subketerampilan membaca tersebut sebagai berikut.

1.       Keterampilan memilih strategi membaca yang tepat
Subketerampilan membaca ini menyatakan siswa agar menggunakan berbagai strategi pembelajaran membaca yang sesuai dengan is materi yang akan dibacakan. Penggunaan berbagai strategi ini agar mendorong siswa memiliki kemampuan metakognisi sehingga nantinya siswa mampu menemukan strategi membaca yang paling tepat sesuai dengan isi materi pelajaran yang dibacanya.

2.       Keterampilan memahami organisasi teks
Subketerampilan membaca ini menuntut siswa agar terampil memahami struktur berbagai jenis tulisan yang dibacanya. Subketerampilan membaca ini dapat dikembangkan melalui pelibatan siswa secaralangsung dalam dalam membangdingkan pola-pola organisasi berbagai jenis wacana sehingga mereka mengetahui bagaimana teks sains dikemas, teks ilmu sosial diorganisasikan, dan teks matematika disajikan.

3.       Keterampilan mengkritisi teks
Subketerampilan membaca ini menuntut siswa agar terbiasa menguji dan mengkritisi kebenaran sebuah teks, akurasi sumber bacaan, dan kelengkapan teks dalam mata pelajaran sains, subketerampilan dapat terbentuk jika siswa secara langsung melakukan penelitian atau eksperimen sehingga berdasarkan eksperimen tersebut siswa mengetahui kebenaran, keakuratan, dan kelengkapan tersebut.

4.       Keterampilan membangun makna kata.
Sub keterampilan membaca ini menuntut pemahaman siswa atas makna kata tertentu yang biasanya digunakan dalam mata pelajaran tertentu. Berdasarkan konsep ini, siswa harus dibiasakan menggali makna kata dan istilah sebelum mereka melakukan kegiatan membaca.

Keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan multiliterasi menghendaki siswa mengekspresikan ide dan gagasannya dalam bentuk tertulis. Tulisan yang dibuat siswa tentu saja akan sangat beragam sesuai dengan isi materi atau pemahaman yang dipelajarinya. Berdasarkan kondisi ini siswa harus memahami organisasi teks sehingga mampu menulis dengan menggunakan pola pengembangan tulisan yang benar untuk setiap materi yang berbeda.

Berkaitan dengan penggunaan keterampilan menulis untuk mengembangkan empat kompetensi abad ke-21, keterampilan ini akan bermanfaat jika diterapkan dengan memerhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a.    Kegiatan menulis harus digunakan sebagai sarana memahami teks.
b.    Keterampilan menulis harus digunakan untuk mengkritisi isi bacaan.
c.   Tulisan yang dihasilkan hendaknya jelas sesuai dengan jenis, tujuan dan sasarannya.

Penggunaan keterampilan berbicara untuk mendukung kompetensi abad ke-21 harus dilakukan melalui penggunaan berbicara sebagai sarana berpikir kritis dan rasional dalam mengungkapkan berbagai ide dan gagasan yang dimilikinya. Dalam konteks ini jenis-jenis keterampilan berbicara yang dapat digunakan antara lain debat, diskusi, presentasi, dan jenis percakapan lain yang relevan.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, penerapan keterampilan berbicara dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1)      Berbicara hendaknya digunakan sebagai sarana memaknai teks.
2)    Berbicara hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan giliran peran sehingga terjalin komunikasi efektif.
3)   Berbicara hendaknya digunakan sebagai sarana berpikir kritis melalui kegiatan berdiskusi, berdebat, dan atau kegiatan berbicara lainnya.
4)      Berbicara hendaknya tetap dilaksanakan dalam koridor etika berbicara sehingga akan terjalin komunkasi efektif.
5)   Berbicara hendaknya disertai kesempatan pascaberbicara yang bersifat terbuka, kritis, dan juga etis.

Penguasaan media dan media digital sebagai alat pendukung penguasaan kompetensi abad ke-21 dapat memainkan peran pentingnya jika berbagai media ini dijadikan alat berpikir kritis dan digunakan dalam berbagai kegiatan inkuiri yang dilakukan siswa.

Referensi:
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.


Monday, January 13, 2020

PEMBELAJARAN BERMAKNA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (MATHEMATICS MEANINGFUL LEARNING)



Pembelajaran Matematika

PEMBELAJARAN BERMAKNA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (MATHEMATICS MEANINGFUL LEARNING)Pembelajaran merupakan upaya memperbaiki lingkungan belajar dan memberi nuansa yang mendukung dalam mencapai tujuan belajarnya. Proses pembelajaran dapat direncanakan dan direkayasa sebelum pembelajaran itu akan dilaksanakan dengan tidak meninggalkan tujuan bahwa belajar harus dapat menimbulkan perubahan perilaku. 

Menurut Sumarmo (2003), kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam pengajaran matematika bagi setiap guru diklasifikasikan kedalam lima standar yaitu kemampuan.

1.         Pernalaran matematika;
2.         Pemahaman matematika;
3.         Pemecahan masalah matematika;
4.         Melakukan koneksi matematika; dan
5.         Komunikasi matematika.

Pelajaran matematika dianggap sulit oleh siswa disebabkan karena merupakan ilmu yang hanya lebih terlihat mementingkan kemampuan nalarnya saja. Padahal kalo dicermati berdasarkan klasifikasi di atas tentu masih ada kemampuan lainnya yang berbeda. Lebih jauh dari itu, Hudoyo (2002) menjalaskan ada tiga teori  proses transfer belajar dalam matematika, yaitu.

1.        Teori disiplin formal
Merupakan proses yang dilakukan oleh siswa dalam menyusun konsep (teorema), contohnya dalam memecahkan permasalahan. Nah masalah tersebut merupakan latihan bagi siswa dalam memahami setiap konsep permasalahannya. Setelah memahami konsep masalahnya maka siswa akan mulai mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya.

2.        Teori unsur identik
Merupakan suatu proses yang dilakukan oleh siswa dalam melatih setiap kemampuannya agar lebih efektif, kemudian setiap kemampuan tersebut dihubungkan dengan kemampuan lainnya. Misalnya, untuk membuat siswa terampil dalam memanipulasi kemampuan aljabarnya, maka siswa tersebut dilatih secara berulang-ulang dalam penggunaannya.

3.        Teori pengorganisasian kembali pengalaman.
Merupakan proses yang dilakukan siswa dalam merangkai kembali pengalaman baru dari pengamatan yang telah ada sebelumnya (bukan bagian–bagian).

Pengajaran Matematika
Polya (dalam Surbakti, 2002) menjelaskan bahwa hakekat mengajar adalah mengetahui apa yang ingin diajarkan dan mengetahui sesuatu lebih dari apa yang dapat diajarkan. Mengajar tanpa memahami apa yang akan diajarkannya sama saja dengan membohongi diri sendiri dan orang yang diajarinya.

Bagi guru ketika mengarahkan siswa dalam mengajar, harus sesederhana mungkin dan bersifat logis. Oleh karena siswa biasanya lebih tertarik dengan situasi-situasi yang lebih sederhana terlebih dahulu kemudian setelah itu mereka akan tertantang sendiri untuk mencoba hal yang lebih komplek.

Arahan yang diberikan guru juga harus bersifat umum, diharapkan penerapannya tidak hanya untuk persoalan saai ini, akan tetapi bagi semua masalah yang mungkin harus dihadapi siswa di masa yang akan datang.

Teori Belajar Ausubel

Teori belajar Ausubel merupakan teori yang relevan dengan pembelajaran yang menekankan pada belajar bermakna. Teori ini menekankan mengenai bagaimana pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.

Teori ini pula yang membedakan antara bagaimana belajar menemukan dan bagaimana belajar menerima. Selain itu, ausubel membedakan pula antara bagaimana belajar menghafal dengan belajar bermakna.

Ketika siswa  menghafal materi apa yang telah diterimanya, sedangkan pada belajar bermakna materi yang telah diperolehnya itu dikembangkan pada situasi lain sehingga belajarnya lebih dimengerti.

Pembelajaran Bermakna

Proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman merupakan hakekat dari pembelajaran menurut sebagian orang. Sedangkan upaya yang sistemik dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar siswa adalah pengertian dari pembelajaran itu sendiri.

Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dengan adanya keterkaitan informasi yang baru dengan konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif siswa.  Proses belajar dengan berusaha menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep yang sudah ada inilah merupakan proses belajar yang bermakna.

Oleh karena itu mengetahui konsep yang sudah ada pada siswa dan kemudian menghubungkannya dengan konsep baru akan terjadi proses pemahaman yang akan tersimpan dengan cukup cepat dan biasanya tidak gampang dilupakan. Bila tidak dilakukan usaha untuk memadukan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa, maka pengetahuan baru tersebut cenderung akan dipelajari secara hafalan. Pembelajaran bermakna merupakan kebalikan dari pembelajaran teoretis.  

Monday, January 6, 2020

PENGERTIAN, MANFAAT, DAN JENIS MEDIA PEMBELAJARAN


PENGERTIAN media pembelajaran, MANFAAT media pembelajaran, DAN JENIS MEDIA PEMBELAJARAN


A. Pengertian Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar.

Suatu benda yang dapat dipergunakan untuk merangsang perhatian, perasaan, pikiran dan kemampuan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya suatu proses belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Batasan mengenai media pembelajaran ini cukup luas dan mendalam. Oleh karena itu, pengertiannya mencakup sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan.

Menurut Briggs (1977) media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya.

Sedangkan menurut National Education Associaton atau NEA (1969) media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar termasuk teknologi perangkat keras.

Menurut Hamalik (1994), seorang guru harus senantiasa memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pengertian media pembelajaran, yang kemudian beliau rangkum menjadi sembilan pokok penting dari kata kunci pengertiannya. Diantaranya sebagai berikut.
1.         Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
2.         Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
3.         Seluk-beluk proses belajar;
4.         Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
5.         Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
6.         Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
7.         Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
8.         Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
9.         Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Dengan demikian media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan untuk memudahkan pemahaman materi yang akan disampaikan, sehingga tujuan dari pembelajarannya akan tercapai dengan efektif dan efisien.

Oleh karena itu pengertian media sebagai alat atau perantara untuk tujuan tertentu akan sangat membantu tercapainya tujuan guru dalam menyampaikan informasi materinya kepada siswa. Namun harus dipahami pula, bahwa media adalah alat untuk mempermudah bukan malah sebaliknya (mempersulit) orang yang menggunakannya. 

B. Manfaat Media Pembelajaran 

Hamalik (1986) menjelaskan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sama halnya dengan Hamalik, Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi manfaat media pembelajaran menjadi beberapa kategori, dinataranya yaitu.
1.         Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan;
2.         Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;
3.         Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif;
4.         Efisiensi dalam waktu dan tenaga;
5.         Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;
6.         Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja;
7.         Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar;
8.         Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

C.   Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Beberapa jenis media yang bermacam ragamnya, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan media yang begitu komplek. Adapun media secara umum dalam pembelajaran yang paling sering dijumpai adalah buku, gambar, model, dan Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek nyata yang lainnya.  Selain itu, seperti kaset audio, video, VCD, DVD, slide (film bingkai), program pembelajaran berbasis komputer masih dirasa jarang digunakan oleh guru.

Berkaitan dengan jenis media pembelajaran ini, Anderson (1976) mengelompokkannya kedalam sepuluh golongan, yakni.

No
Golongan Media
Contoh dalam Pembelajaran
I
Audio
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
II
Cetak
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
III
Audio-cetak
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
IV
Proyeksi visual diam
Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)
V
Proyeksi Audio visual diam
Film bingkai (slide) bersuara
VI
Visual gerak
Film bisu
VII
Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi
VIII
Obyek fisik
Benda nyata, model, specimen
IX
Manusia dan lingkungan
Guru, Pustakawan, Laboran
X
Komputer
CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).
 

Wednesday, January 1, 2020

Trik dan Belajar Menjawab Soal Penalaran Numerik



Trik dan Belajar Menjawab Soal Penalaran Numerik - Saat ini kita bakal membahas bagaimana mengerjakan soal kemampuan numerik yang berupa soal aljabar maupun soal deret. 

Pernahkah lihat contoh soal semacam gini?

8, 20, 32, 44, 56, …
atau
E, E, A, E, E, B,… ?

melihat soal diatas adalah contoh soal penalaran numerik yakni soal baris dan deret. Soal baris dan deret yang muncul pada soal penalaran numerik tersebut banyak sekali ragamnya. Kunci untuk mengerjakan soal semacam gini harus menemukan polanya terlebih dulu.

1. Barisan Bertingkat
Pada soal ini, bisa dikatakan barisan ini paling gampang menjawabnya. Kunci untuk cari beda tiap barisan adalah dengan caridulu polanya.

Contoh.
7, 18, 29, 40, 51,…

Dari soal deret tersebut sudah tergambar bahwa a = +11, jadi jawabannya sudah pasti 62.

Selain itu, ada juga deret angka yang pola tiap loncatannya berbeda dari satu angka ke angka berikutnya. Namun bedanya tidak akan terlalu jelimet, misalnya pola angka keliapatan 2 (+2, +4, +6, .....) atau rentang hitungan  deret angka yang sama (+10 ) dan lainnya. 

Kuncinya mengerti pola, kalo sudah begitu mengerjakan soal seperti ini akan terselesaikan dalam hitungan detik.

Contoh :
1, 5, 11, 19, 29,…

beda deret tersebut ialah +4, +6, +8, +10. Dari sini sudah ketahuan polanya, jadi sudah bisa ditebak bahwa angka berikutnya harus ditambah 12, maka hasilnya adalah 41.

2. Barisan Fibonacci
soal ini adalah barisan yang nilai tiap sukunya adalah jumlah dari dua suku sebelumnya. Suku yang pertama dan kedua adalah nilai awal untuk barisan Fibonacci tersebut.

Contoh : 2, 5, 7, 12,…

Jawab :
2+5 = 7
5+7 = 12
7+12 = 19
Jadi angka selanjutnya untuk deret tersebut ialah 19.

3. Barisan Larik
Nah pada barisan larik ini lumayan agak rumit dan membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk mencari polanya. Yah kalo dapat soal kayak gini, berharap aja semoga cuman ada dua larik saja dalam satu baris soalnya.

Kalo kebetulan ketemu lebih dari dua, ya tidak apa sih, cuman lumayan mesti benar-benar mencari polanya yang pas aja. Karna terkadang ditemukan yang polanya jelimet.

Nah kalo polanya sudah repot kemudian ada tiga larik, waktu yang diperlukan otomatis lebih banyak.

Terkadang kita tidak dapat membedakan bahwa soal ini termasuk soal barisan larik. Trus gimana dong caranya tahu kalo itu soal barisan larik.

Begini:
“Kalo dalam satu barisan ada dua angka yang sama, kemungkinan besar itulah soal barisan larik.”

Contoh:
6, 6, 11, 12, 16, 18

Langkah pertama pisahkan dulu lariknya
6,…,11,…,16,… (a = +5)
…,6,…,12,…18 (kelipatan 6)

nah sudah ketahuan dari pola tersebut kalau lanjutan barisannya adalah 21,  24.

Catatan:
“Ada juga soal barisan larik yang tidak punya dua angka sama dalam satu barisan.”

Kuncinya ya lagi-lagi harus cari polanya lebih dulu.

Contoh :
8, 4, 4, 6, 2

Jawabannya:
8,…,4,…,2 (a = :2)
…,4,…,6,… (a = +2)

Kelanjutan barisannya ialah 8, 1.

Ingat:
“Larik yang ada harus diisi selang-seling.”

kalo jawabannya yu isi 1, 8, tamat deh udah

4. Barisan Suka-Suka
Kadang ditemukan barisan yang perbedaannya gak ketebak. Tapi pas kita lihat polanya biasanya langsung ketahuan jawabannya. Kebanyakan barisan yang seperti gini pake huruf.

Contoh 1 :
D, D, A, D, D, B, .....

Pada contoh tersebut polanya mengulang huruf D dua kali kemudian jeda satu huruf abjad yang berurutan.

Jawabannya:
D, D, C, D, D, D, dst.

Contoh 2:
R, Q, O, P, N, M, K, L, J, I.

Jawabannya:
Pola seperti ini lumayan ruwet.
Jadi kalo yu sadar sebenarnya ini soal dengan urutan abjad kebalik dengan dua abjad dibalik selang dua abjad.

I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R  -->  R, Q, O, P, N, M, K, L, J, I, G, H

Jadi lanjutan barisan tersebut adalah G, H.

Soal yang seperti ini adalah soal odong-odong bukan? Soal yang bikin pala jadi pening.

Latihan Soal!

1.  1, 3, 9, 21, 63, …, ....
a. 92, 106
b. 189, 440
c. 92, 567
d. 189, 567

2.  A, B, B, C, C, D, ...., ....
a. C, D
b. D, D
c. D, E
d. E, E

3. 7, 9, …, 19, 27, 37
a. 11
b. 13
c. 15
d. 10

4. S, O, R, M, O, R
a. G
b. J
c. I
d. L

5. E, S, O, S, Y, …
a. V
b. W
c. S
d. Y

Sebenarnya mengerjakan soal penalaran numerik sangat mudah, jika kita udah bisa mengetahui pola dari barisan yang ada.

Kunci agar bisa lincah mengerjakan soal seperti gini cuman satu yakni “Banyak latihan”.

Yups, semakin banyak latihan akan semakin mudah memahamipola soal numerik, pun semakin paham polanya maka semakin cepat pula mengerjakan soalnya, hingga waktu yang yu habiskan cuman sedikit saja.

Asal tau aja, setiap TES apapun, jangka waktunya terbatas. So kalo yu menghadapi soal yang sulit akan cepat terselesaikan dengan cepat jika polanya sudah yu temukan.

Artikel Terkait

Kumpulan administrasi kelas SD / MI Kelas 1 - 6 tahun pelajaran 2019/2020

s 1, kelas 2, ompetasar, KTSP, Kurikulum 2013. Salam Pendidikan Sahabat guru yang berbahagia,  pada artikel kali in...

My photo
Guru Sekolah Dasar sejak Tahun 2015 di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta