DIMENSI PEMBELAJARAN MULTILITERASI - Model pembelajaran
multiliterasi merupakan model pembelajaran yang mengoptimalkan
keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam mewujudkan situasi pembelajaran
saintifik proses. Keterampilan-keterampilan
multiliterasi yang digunakan yakni keterampilan membaca, keterampilan menulis,
keterampilan berbicara dan keterampilan penguasaan media informasi dan
komunikasi.
Berkaitan
dengan pengertian ini, penting diketahui dimensi apa saja yang terkandung dalam
keempat keterampilan multiliterasi tersebut (baca : PEMBELAJARANMULTILITERASI SEBAGAI PENDUKUNG KOMPETENSI BELAJAR ABAD KE-21) yang dapat difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan belajar pada siswa. Dengan adanya pengembangan keterampilan
multiliterasi tersebut maka akan terbentuk kerangka dasar multiliterasi.
Pengembangan
kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan dalam pembelajaran keterampilan
membaca yang menekankan pada keterampilan multiliterasi. Guna
mencapai kondisi ini, ada beberapa sub keterampilan membaca yang harus
diperhatikan agar keterampilan membaca berfungsi bagi penguasaan materi
berbagai mata pelajaran. Beberapa subketerampilan membaca tersebut sebagai
berikut.
1. Keterampilan memilih strategi membaca yang
tepat
Subketerampilan membaca ini menyatakan
siswa agar menggunakan berbagai strategi pembelajaran membaca yang sesuai
dengan is materi yang akan dibacakan. Penggunaan berbagai strategi ini agar
mendorong siswa memiliki kemampuan metakognisi sehingga nantinya siswa mampu
menemukan strategi membaca yang paling tepat sesuai dengan isi materi pelajaran
yang dibacanya.
2. Keterampilan memahami organisasi teks
Subketerampilan membaca ini menuntut siswa
agar terampil memahami struktur
berbagai jenis tulisan yang dibacanya. Subketerampilan membaca ini dapat
dikembangkan melalui pelibatan siswa secaralangsung dalam dalam membangdingkan
pola-pola organisasi berbagai jenis wacana sehingga mereka mengetahui bagaimana
teks sains dikemas, teks ilmu sosial diorganisasikan, dan teks matematika
disajikan.
3. Keterampilan mengkritisi teks
Subketerampilan membaca ini menuntut siswa
agar terbiasa menguji dan mengkritisi kebenaran sebuah teks, akurasi sumber
bacaan, dan kelengkapan teks dalam mata pelajaran sains, subketerampilan dapat
terbentuk jika siswa secara langsung melakukan penelitian atau eksperimen
sehingga berdasarkan eksperimen tersebut siswa mengetahui kebenaran,
keakuratan, dan kelengkapan tersebut.
4. Keterampilan membangun makna kata.
Sub keterampilan membaca ini menuntut pemahaman siswa atas
makna kata tertentu yang biasanya digunakan dalam mata pelajaran tertentu.
Berdasarkan konsep ini, siswa harus dibiasakan menggali makna kata dan istilah
sebelum mereka melakukan kegiatan membaca.
Keterampilan
menulis sebagai bagian dari keterampilan multiliterasi menghendaki siswa
mengekspresikan ide dan gagasannya dalam bentuk tertulis. Tulisan yang dibuat siswa tentu saja akan sangat beragam
sesuai dengan isi materi atau pemahaman yang
dipelajarinya. Berdasarkan kondisi ini siswa harus memahami organisasi teks
sehingga mampu menulis dengan menggunakan pola pengembangan tulisan yang benar
untuk setiap materi yang berbeda.
Berkaitan dengan
penggunaan keterampilan menulis untuk mengembangkan empat kompetensi abad
ke-21, keterampilan ini akan bermanfaat jika diterapkan dengan memerhatikan
beberapa hal sebagai berikut.
a.
Kegiatan menulis harus digunakan sebagai
sarana memahami teks.
b.
Keterampilan menulis harus digunakan untuk
mengkritisi isi bacaan.
c. Tulisan yang dihasilkan hendaknya jelas
sesuai dengan jenis, tujuan dan sasarannya.
Penggunaan
keterampilan berbicara untuk mendukung kompetensi abad ke-21 harus dilakukan
melalui penggunaan berbicara sebagai sarana berpikir kritis dan rasional dalam
mengungkapkan berbagai ide dan gagasan yang dimilikinya. Dalam konteks ini
jenis-jenis keterampilan berbicara yang dapat digunakan antara lain debat,
diskusi, presentasi, dan jenis percakapan lain yang relevan.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, penerapan keterampilan berbicara
dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Berbicara hendaknya digunakan sebagai
sarana memaknai teks.
2) Berbicara hendaknya dilakukan dengan
mempertimbangkan giliran peran sehingga terjalin komunikasi efektif.
3) Berbicara hendaknya digunakan sebagai
sarana berpikir kritis melalui kegiatan berdiskusi, berdebat, dan atau kegiatan
berbicara lainnya.
4) Berbicara hendaknya tetap dilaksanakan
dalam koridor etika berbicara sehingga akan terjalin komunkasi efektif.
5) Berbicara hendaknya disertai kesempatan
pascaberbicara yang bersifat terbuka, kritis, dan juga etis.
Penguasaan media
dan media digital sebagai alat pendukung penguasaan kompetensi abad ke-21 dapat
memainkan peran pentingnya jika berbagai media ini dijadikan alat berpikir
kritis dan digunakan dalam berbagai kegiatan inkuiri yang dilakukan siswa.
Referensi:
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem
Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.